Jakarta, Beritakotanews.com: Setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 yang di bawah prediksi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah menembus Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS), Nilai tukar rupiah tersebut merupakan yang terlemah sejak Desember 2015.
BPS melansir pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,06%. Level tersebut tercatat lebih baik dibandingkan periode sama dalam tiga tahun terakhir, namun di bawah prediksi BI yang sebesar 5,1% dan prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yaitu 5,2%. Prediksi yang meleset tersebut di antaranya lantaran pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan di bawah 5%.
Kepala BPS Suhariyanto menilai kenaikan signifikan bantuan sosial telah berdampak pada peningkatan belanja masyarakat ekonomi bawah. Sementara belanja transportasi dan komunikasi tumbuh 4,92%, atau melambat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,3% dan kuartal IV 2017 sebesar 4,97%.
Suhariyanto menyebut perlambatan ini terjadi lantaran adanya pergeseran belanja. Sebab, pertumbuhan komponen non-makanan tercatat naik. Belanja restoran dan hotel, misalnya, tumbuh 5,56%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu 5,4%.
“Meski begitu, ia meyakini Bank Indonesia (BI) akan berupaya menjaga agar kurs rupiah tak semakin melorot. “14 ribu adalah batas psikologis,” Ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah berada di level Rp 13.956 per dolar AS. Angka itu makin merosot dibandingkan Jumat lalu yang Rp 13.943 per dolar AS. Berdasarkan spot perdagangan mata uang hari ini, Senin (7/5), mata uang rupiah ditutup melemah 56 poin atau 0,40 persen di Rp 14.001 per dolar AS. Padahal, saat pembukaan masih di posisi Rp 13.949 per dolar AS. (5-a)