Jakarta, Beritakotanews.com: Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi maksimal dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan memajukan NKRI agar tidak tertinggal dalam percaturan global. LDII menyadari bahwa untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut dengan baik, LDII selain mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) di bidang religiusitas khususnya Agama Islam, juga mengembangkan profesionalisme SDM. Untuk mengembangkan profesionalisme SDM ini, LDII melaksanakan Diskusi Kelompok Terpumpun atau FGD dengan Thema Developing Hybrid Profesionalism atau Mengembangkan Profesionalisme Gabungan.
Demikian pengantar FGD yang disampaikan Dr. Drs. H. Basseng, M.Ed, salah satu ketua DPP LDII pada Rabu 26 Desember 2018 di Gedung DPP LDII, Jl. Tentara Pelajar Nomor 28 Jakarta.
Focus Group Diskusian (FGD) dengan nara sumber H.Prasetyo Sunaryo yang menyampaikan thema Hybrid Profesionalism yang diikuti oleh para pemikir muda DPP LDII merupakan thema yang hampir belum ada yang membahas secara mendalam.
Dalam paparanya, H. Prasetyo Sunaryo menegaskan bahwa Hybrid Profesionalism merupakan suatu isme atau paham yang mengubah pandangan kita terhadap paradigma profesionalisme secara radikal.
“Hybrid Profesionalisme memutar balik pandangan profesionalisme lama yang selama ini berkembang, yang selalu diartikan sebagai spesialisasi, ahli di bidangnya, bekerja terkotak-kotak, dan sulit bekerjasama. Pandangan profesionalisme seperti ini tanpa disadari akan menghasilkan SDM yang memiliki mentalitas ego sektoral. Akibatnya, permasalahan-permasalahan yang memerlukan pemecahan lintas sektor tidak akan pernah diatasi secara efektif. Semua SDM hanya merasa bertanggungjawab untuk mengerjakan bidangnya saja, tanpa mau tahu bidang lain. Tidak ada kepedulian untuk berkolaborasi, bekerjasama, apalagi bersinergi,” Urai Prasetyo Sunaryo.
Lanjut Prassetyo, Dengan Hybrid Profesionalisme, pengembangan SDM diarahkan untuk berpikir holistik, komprehensif, dan terpadu. SDM dituntut untuk membuka sekat-sekat spesialisasi, bekerja secara kolaboratif lintas sektor atau bidang. Untuk mewujudkan Hybrid Profesionalism ini, maka perlu perubahan mindset yang radikal, menjadi SDM yang terbuka, memiliki trust atau kepercayaan kepada orang lain, dan tentu saja transparan.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam dari jam 16.00 hingga 18.00, disimpulkan oleh H. Baseng ketua DPP LDII, bahwa LDII berkepentingan dalam mewujudkan Hybrid Profesionalisme di lingkungan LDII.
Terdapat empat rencana aksi yang akan dirumuskan DPP LDII, kata Baseng, Pertama akan dilakukan talent mapping untuk membuat data base expertise sehingga memudahkan dalam melakukan hybrid atau penggabungan ekpertise sesuai kebutuhan. Kedua, mensosialisasikan konsep Hybrid Profesionalisme ini di lingkungan LDII dengan harapan terjadi perubahan mindset khususnya di kalangan pengurus organisasi. Ketiga, menunjuk event organizer yang akan leading dalam menerapkan Hybrid Profesionalisme ini. Dan Keempat, LDII akan menjadikan delapan bidang yang telah ditetapkan dalam Rakernas sebagai laboratorium menguji Hybrid Profesionalisme, dengan sasarana produk masing-masing bidang dapat berkontribusi pada tingkat nasional
“Tugas event organizer ini adalah mengidentifikasi suatu permasalahan yang sifatnya lintas sektor, dan menetapkan sejumlah pengurus organisasi pakar dari berbagai disiplin ilmu atau bidang untuk dihybrid atau dikolaborasikan dengan Hybrid Profesionalisme ini, LDII berharap dapat lebih optimal lagi dalam berkontribusi kepada NKRI,” Tutup Baseng.(fin).