Jakarta, Beritakotanews.id : Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menyampaikan rencana penyehatan beberapa Perusahaan BUMN yang disinyalir saat ini sedang mengalami penurunan kinerja.
Dony mengatakan, pihaknya memprioritaskan upaya perbaikan kinerja Perusahaan plat merah BUMN yang menjadi aset kebanggan nasional, seperti Krakatau Steel dan Garuda Indonesia.
Danantara, dikabarkan juga sedang dalam pembicaraan dengan Garuda untuk memberikan suntikan dana sekitar US$500 juta atau setara Rp8,15 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS).
Garuda Indonesia
Dalam sebuah kesempatan diskusi di Jakarta, Andri Krisnanto, Pakar Keuangan dan Investasi, menyampaikan bahwa suntikan modal sebesar US$500 juta dari Danantara bukan sekadar suntikan dana biasa bagi Garuda, melainkan sebuah katalisator yang berpotensi mengubah lanskap kinerja maskapai secara proporsional.
“Dampaknya akan sangat signifikan terhadap kinerja keuangan dan perbaikan struktur biayanya,’’ ungkap Andri.
Lebih lanjut lagi, Andri memaparkan ada 3 (tiga) opsi skenario pemanfaatan suntikan modal US$500 juta dari Danantara itu, yaitu peningkatan efisiensi operasional, pelunasan sebagian pokok utang, dan perbaikan posisi ekuitas negatif.
Peningkatan efisiensi operasional dapat dilakukan dengan penambahan dan peremajaan Armada. Dana segar memungkinkan Garuda melakukan investasi yang secara proporsional akan menurunkan biaya operasional per unit (misalnya, per kilometer kursi tersedia atau available seat kilometer/ASK).
Garuda menargetkan 100 armada hingga akhir 2025. Dana ini bisa mempercepat akuisisi pesawat yang lebih baru dan hemat bahan bakar. Pesawat yang lebih baru cenderung memiliki biaya perawatan yang lebih rendah dan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien.
‘’Misalnya, jika penambahan 10-15 pesawat baru dengan efisiensi 10% lebih baik dari armada lama, ini akan berdampak signifikan pada penghematan biaya bahan bakar, yang merupakan salah satu komponen biaya terbesar maskapai yaitu 31,79% terhadap pendapatan (revenue) Garuda,’’ lanjut Andri.
Garuda Indonesia saat ini masih terbebani utang yang sangat besar, mencapai US$7,97 miliar per akhir Desember 2025. Pelunasan sebagian pokok utang, sebesar US$500 juta bisa mengurangi beban bunga US$25-35 juta per tahun, dan ini angka yang cukup signifikan untuk meningkatkan profitabilitas.
Opsi selanjutnya menurut Andri adalah suntikan modal untuk mengurangi ekuitas negatif Garuda. Ekuitas negatif Garuda per Q1 2025 adalah US$1,43 miliar, dengan suntikan US$500 juta, ekuitas negatif akan berkurang menjadi US$0,93 miliar.
‘’Secara proporsional, ini berarti ada penurunan ekuitas negatif sebesar sekitar 35%, dampak yang sangat besar pada struktur permodalan dan akan sangat meningkatkan kredibilitas keuangan Garuda di mata stakeholder. Presiden Prabowo Subianto sangat memahami kondisi Garuda dan sangat concern sekali, jadi perlu didukung oleh berbagai pihak,” tegas Andri.
Krakatau Steel
Saat menanggapi mengenai PT Krakatau Steel, Tbk (KRAS), Andri menyebutkan meskipun Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 234,76 juta dan margin laba kotornya 5,52%, ternyata KRAS masih mengalami kerugian bersih US$46,91 juta atau YoY naik 60,98%, meskipun biaya usaha turun 11%, sebagai dampak dari fluktuasi harga baja dunia yang dalam dalam 12 bulan terakhir turun 14,75%.
Apabila Danantara jadi menyuntikkan modal ke KRAS, dengan strategi implementasi yang tepat, maka rasio utang terhadap ekuitas (DER) turun di bawah 2,87x dan akan memperkuat modal kerjanya.
Selain itu jika dana dialokasikan untuk optimalisasi pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM#1), margin laba kotor bisa naik dari 5,52% menjadi di atas 6% dalam 2–3 kuartal ke depan.
“Alokasi dana dapat digunakan secara proporsional untuk efisiensi dan pengurangan beban keuangan, sehingga berpotensi untuk menekan rugi bersih hingga 30–40% di akhir 2025, dan otomatis ini dapat memperbaiki akumulasi retained earnings Perusahaan yang tercatat sebesar negatif US$2,52 miliar per Q1 2025,‘’ tutup Andri Krisnanto, CEO PT RNA Kapital Manajemen di Jakarta Kamis, 19/6/2025.*