Opini
Covid-19, Vibrasi dan Lailatul Qodar
Oleh :
Terlepas dari teori konspirasi global tentang pandemi Covid-19,negara adikuasa dan adidaya tidak luput terkena dan juga tidak berdaya, pandemik sudah terjadi. Diawal penentuan pemerintah lokal memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) teringat firman Allah swt dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat :26
إِنَّ الله لاَ يَسْتَحْى أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih endah dari itu”, bisa diartikan pandemik bentuk coronavirus disease (Covid-19) saat ini.
Covid-19 menjadikan manusia berada pada titik terendah pengakuan ke-Esaan Allah swt dengan hak prerogratif qudrah mutlakNya. atas semua tingkah laku manusia, pola hedonisme, mengandalkan posisi, jabatan, karir, keberhasilan kerja, kebanggaan kuantitas ibadah seakan sirna, luluh lantah dengan sebaran covid-19. Ke-tauhidan dan keimanan ilahiyah sebagai pengakuan diri ,pengumuman, perjanjian, proklamasi, bersumpah bahwa tidak ada tuhan selain Allah swt dan tidak ada yang mempersekutukanNya menjadi semakin kuat sebagai pemaknaan ikrar syahadatain.
Vibrasi atau getaran secara harfiah adalah gerakan bolak balik disatu periode dalam waktu tertentu, vibrasi disini diartikan gelombang elektromagnetik yang berasal dari pikiran dan perasaan manusia hendaknya optimistik dalam doa diimbangi dengan rasa khauf (takut) dan raja’ (berharap). Ini adalah bentuk pendidikan yang sangat mendasar untuk mengasah hati,pikiran dan perasaan dengan beriman, percaya penuh dan husnudzan kepada takdir Allah swt.
Resonansi yang dihasilkan dari vibrasi getaran halus dalam teori The Miracle of Vibration,mengelola getaran pikiran dan emosi memiliki kekuatan yang luar biasa apabila kita manfaatkan dengan baik akan memudahkan hidup kita,doa-doa munajat dibulan Ramadan akan menjadi energi yang super. Pendidikan selanjutnya didapat melalui tarbiayun-nafs meningkatkan kualitas diri dari potensi awal gharizah (insting/naluri). Gharizah manusia meliputi pengakuan ketauhidan kepasrahan totalitas setelah melakukan ihtiar nyata penguatan keimanan diri dan keluarga dimasa pandemik semua kegiatan, belajar, bekerja dan beribadah dari rumah,meyakini ujian pandemik segera berahir karena manusia diuji sesuai ukuran kemampuannya sesuai ayat terahir Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ
“Allah tidak membabani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.Dia mendapatkan (pahala)dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapatkan (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya”.
Miracle atau keajaiban dirasakan ketika kejadian sudah terjadi,ketika tidak bisa berbuat banyak dalam kepasrahan menghadapi masalah atau tertekan karena ujian atau musibah. Miracle tidak bisa di-desain atau diatur oleh manusia,karena wilayah sang Khalik. Manusia hanya mampu ihtiar untuk memancing miracle supaya datang dalam kehidupan kita dengan cara : pertama meyakini paket garis kehidupan kita yang terbaik menurut Allah swt,kedua melakukan kebaikan melaksanakan perintah Allah swt sebagai washilah mencari keselamatan, ketiga melakukan kebaikan tersebut diwaktu lapang atau sempit,keempat empati berbagi kepada orang lain, berbagi kebahagiaan,menghilangkan kesusahan orang lain dan memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan.
Selanjutnya Phase Vibrasi merupakan tinjauan akhir karakter getaran pada mesin. Ibarat mesin manusia merupakan kesatuan asal kejadian dengan motor penggerak mesin utamanya adalah sepenggal daging (hati). Besarnya frekwensi terjadi saat timbulnya vibrasi yang dapat mengindikasikan jenis gangguan yang terjadi (qalbun maridl :hati yang sakit/kotor).
Hati yang bersih (qalbun salim) sebagai pangkal keselamatan di ahirat. Ahli tafsir Ibnu Katsir mengartikan qalbun salim bermakna salamat al-qalb ‘an al-syirk aw al aqa’id al-fasidah berarti selamatnya hati dari syirik atau kepercayaan yang sesat. Hati yang sehat memiliki akidah yang benar,lurus, bebas dari bentuk kemusyrikan. Tak bisa dipungkiri hati yang sehat menjadi pangkal kebaikan dan pendorong amal shalih. Ramadan menjadi saat yang tepat untuk ihtiar menuju hati yang bersih,memperbaiki, meng-up grade kembali dan memohon kepada Allah swt dzat yang memboak-balikkan hati agar hati terjaga dalam keimanan yang kuat kepada Allah swt. Inilah pendidikan dimensi Tarbiyatul qalb.
Momentum Ramadan 10 (sepuluh) malam ahir dibulan Ramadan, menjadi momen yang sangat tepat untuk memperhalus dan merendahkan hati serta merendahkan diri serendah-rendahnya dihadapan Allah swt, dengan gharizah dan vibrasi insting dan getaran awal yang terus diasah untuk lebih mendapatkan resonansi dan frekwensi yang kuat dalam ketaatan pengabdian diri kepada Allah swt.
Waktu malam Lailatul Qadar terjadi di satu malam, keyakinan umum lailatul qadar terjadi diantara malam 10 (sepuluh) ahir bulan Ramadan,dalam beberapa riwayat disebutkan tanda alam datangnya malam lailatul qadar adalah matahari tidak bersinar terik pada siang harinya,udara tidak panas dan tidak dingin, suasana malam hening dan tenang,tidak ada anjing menggonggong ataupun binatang bersuara. Tidak menutup kemungkinan lailatul qadar terjadi pada malam nuzulul-qur’an 17 Ramadan dan bisa jadi dimalam awal Ramadan. Pada hakekatnya semangat inti i’tikad diri untuk mengejar dan meraih keberkahan malam utama diantara malam-malam utama dibulan ramadan yang lebih baik dari malam seribu bulan.
Pemaknaan mendapatkan lailatul qadar bukanlah mendapatkan seonggok emas berlian kasat mata, akan tetapi ketermajemukan hati,pikiran dan tindakan semakin kuat keyakinan dan keimanan kepada Allah swt. Menatap masa depan dengan keimanan yang bertambah,semangat membangun produktifitas diri,progresif. Namun iman saja tidak cukup harus diimbangi dengan ilmu dan amal shalih. Tetap optimis dan mengambil ibroh dari semua kejadian, termasuk pandemi Covid-19 ini.
Akal pikiran makanannya ilmu pengetahuan , hati makanannya iman dan dzikir, jasad tubuh kasat mata makanannya olahan makanan sehar-hari. Ketiga hal tersebut kebutuhan rohani jasmani harus tawazun (seimbang). Peran pendidikan berbanding lurus dengan hasil proses internalisasi nilai-nilai luhur untuk mengasah dan pengontrol dari poros hati. Tarbiyatul-qalb pendidikan untuk makanan hati dengan dzikir, munajat, riyadhoh dan muhasabah.
Apa yang dilakukan dimalam lailatur qadar adalah memperbanyak ibadah sunnah, shalat taubat,shalat hajat, shalat tasbih,memperbanyak membaca Al-Qur’an, shalawat dan berdoa “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” dan diperbanyak dengan doa sapu jagad. Allah swt sudah berjanji dalam QS.Al-Baqarah :186 berdoalah dan mohonlah ampun dan karunia Allah swt.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
Artinya: “Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186).
Puasa dan ibadah Ramadan dibaratkan proses metamorfosis selesai puasa dan ibadah Ramadan apakah menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik dari proses awal ulat dan kepompong, ataukah setelah selesai puasa dan ibadah Ramadan menjadi ular berganti kulit tampilan saja. Dimasa pandemi dengan diperlakukan WFH (work from home), apakah puasa hanya berganti waktu makan dan minum,berbeda penerapan fiqh ibadah shalat tarawih dirumah,tanpa buka dan sahur bersama, berbeda kaifiat shalat Ied, tentu saja lebih dari itu adalah pendidikan umum (tarbiyatul ‘am) hasil ahir derajat insan “Muttaqien”.
Mengambil ibroh (pelajaran) peringatan sejarah besar turunnya kalamullah Nuzulul Qur’an sebagai pedoman hidup (way of life),Ramadan menjadi momentum untuk muhasabah, refleksi, men-cas hati pikiran dan tindakan. Sikap tawadhu menjadi sebuah keharusan, berada pada titik terendah kepasrahan totalitas hanya kepada Allah swt. Disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah dengan waktu pelaksanaan bisa diawal Ramadan (syarat sudah masuk waktu tanggal 1 Ramadan), berahir sebelum khutbah Iedul Fitri.
Tetap optimis,harapan besar dan gharizah (insting) hati yang penuh syukur, pikiran positif walaupun dimasa ujian pandemi yang cukup mencekam dan kondisi umum ekonomi,keamanan,kesejahteraan diuji,pikiran positif inilah sebagai pengejawantahan vibrasi setiap insan yang ingin mendapatkan miracle (keajaiban) dan keutamaan malam lailatul qadar. Tarbiyatul ‘am, tarbiyatun- nafs dan tarbiyatul qalb menjadi pilar dasar menjadi insan Muttaqien sebagai hasil proses pembelajaran selama Ramadan.
Allah A’lam
____________________________
Penulis : Hj.Azzah Zumrud,S.Ag,M.Pd
Alumni-3 Pesantren Di Rumah MUIKPK, Pengawas Madrasah Kemenag RI.