Jakarta, Beritakotanews.com: Prasetyo Sunaryo, Direktur Utama Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) pada Forum Grup Diskusi yang diselenggarakannya menyampaikan bahwa Indonesia berada di antara persilangan dari dua benua dan dua samudra, yaitu Benua Asia ke Benua Australia dan Samudra Hindia ke Samudra
Pasifik.
Dengan demikian, Indonesia potensial memiliki mitra dengan negara-negara sekitar karena lokasi yang strategis dan kegiatan perdagangan dan transportasi.
“Itulah luas dan posisi seperti itu, maka posisi antariksa Indonesia menemukan posisi strategisnya. Karena itu penguasaan teknologi
antariksa yang biasa disebut sebagai Teknologi luar angkasa sangat diperlukan yang akan digunakan untuk kegunaan pergi ke, dan mengambil objek dari angkasa luar.,” Jelas Prasetyo Sunaryo Saat FGD PERAN PENGUASAAN TEKNOLOGI ANTARIKSA yang diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Tehnologi (LBT) 21 Maret 2020 di JL. Arteri Tentara Pelajar no.28 Patal Senayan.
Letak geografis adalah letak di mana suatu daerah itu dilihat dari kenyataannya di bumi dan menentukan pula letak posisi antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Lanjut Pras.
Secara astronomis, Indonesia terletak di 6o LU
(Lintang Utara) – 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT (Bujur Timur) – 141o BT (Bujur Timur), dengan total luas wilayah yang mencapai 2 juta kilometer persegi. Disamping itu, Indonesia juga berada di cross position, yaitu bahwa Indonesia berada di antara persilangan dari dua benua dan dua samudra, yaitu Benua Asia ke Benua Australia dan Samudra Hindia ke Samudra Pasifik.
“Teknologi peramalan cuaca, televisi satelit, hingga sistem GPS merupakan teknologi sehari-hari yang memanfaatkan infrastruktur yang dibangun di luar angkasa. Ilmu pengetahuan seperti astronomi dan ilmu bumi juga memanfaatkan teknologi luar angkasa untuk melakukan penginderaan jauh (remote sensing). Mencermati keadaan diatas, maka perlu dirumuskan strategi penguasaan dan pendayagunaan teknologi luar angkasa atau teknologi antariksa untuk kegunaan pertahanan nasional, keselamatan transportasi laut dan udara,” ujar Pras.
Pertanian termasuk untuk wisata dan sekaligus untuk sarana penemuan teknologi baru, semisal teknologi sel surya yang justru ditemukan melalui
program pengembangan teknologi antariksa.
“FGD yang diselenggarakan Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) pada hari ini, dengan menghadirkan narasumber dari LAPAN, DR. Jasyanto Humas LAPAN, Prof.Heri Budi Wibowo, bidang Siatem Utama Peroketan LAPAN, Iskandar Siregar dari LBT, Bambang Kusumanto Mantan Sekretaris Utama LAPAN, Prasetyo Sunaryo Direktur Utama LBT mencoba menemukan dan mengusulkan beberapa langkah strategis pendayagunaan posisi antariksa Indonesia yang akan disampaikan oleh peneliti antariksa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.(LAPAN) dan para pengamat ekonomi,” Prasetyo Sunaryo Menjelaskan.(fin).