Makna Hijrah di Masa Pandemi
Dr. Muhammad Fahmi Akbar
Hijrah bagi Rasulullah merupakan perintah dari Allah yang diyakini akan menghadirkan kebaikan yang lebih besar. Walaupun dalam perjanjian Hudaibiyah setelahnya, secara logika banyak yang merugikan umat Islam.
Diantara kerugian tersebut adalah bila ada penduduk Madinah ke Mekah maka tidak boleh dikembalikan, namun bila ada penduduk Mekah ke Madinah, maka harus dikembalikan. Hingga peristiwa Bait ar-Ridwan. Dimana seluruh sahabat siap mati bila Usman belum kembali dari Mekah.
Belum lagi soal kerinduan kerabat dan kampung halaman. Tidak tanggung-tanggung selama sepuluh tahun tidak pulang kampung. Sebagai manusia pasti merendam kerinduan yang teramat hebat.
Namun semua itu dijalankan oleh Rasulullah dan umatnya dengan penuh kesabaran seraya selalu berdoa agar dapat hidup sejahtera bersama saudara mereka di Mekah.
Penantian panjang tersebut berbuah manis. Kota Mekah takluk kedalam Islam tanpa perlawanan, darah, dan kebencian. Peristiwa ini disebut Futuh Mekah.
Dalam konteks saat ini dibutuhkan jiwa hijrah yang totalitas. Bukan hanya sebatas memenuhi anjuran protokol kesehatan, namun juga kesadaran akan kelanjutan hidup berikutnya.
Prof. Dr. Haedar Nashir menyebutkan bahkan kita perlu ijtihad baru dimasa pandemi ini untuk menyelamatkan umat dari kehancuran. Pernyataan itu bukan diucapkan sembarangan namun didasarkan atas kondisi umat yang menjadi motor pergerakan dakwah sudah mulai kehilangan arah.
Tidak boleh berputus asa dengan keadaan. Langkah yang perlu dilakukan dapat mengikuti apa yang pernah dilakukan Rasulullah.
- Meyakinkan bahwa setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan.
ان مع العسر يسرا فإن مع العسر يسرا
Artinya: “Sungguh bersama kesulitan ada kemudahan, maka sungguh bersama kesulitan ada kemudahan” (As Sarh:5) - Membangun semangat kepedulian. Sebagaimana Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Apa yang tidak dimiliki kaum Muhajirin ditutupi oleh kaum Anshar.
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان
Artinya: “Tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” ( Al Maidah: 2) - Mempersiapkan diri menyambut kemenangan. Para sahabat tidak pasrah menunggu nasib. Mereka terus berusaha agar tetap hidup dari serangan penduduk Mekah dengan membuat parit pertahanan, menguatkan mental, berlatih diri saat berhadapan langsung dsb.
Semua itu dapat dilakukan dimasa pandemi ini dengan mengikuti vaksinasi, menghindari berita hoax, berjaga diri dengan protokol kesehatan dsb.
Ketika semua usaha sudah dilakukan maka kemenangan tinggal di hadapan mata. Pertolongan Allah akan hadir setelah ikhtiar maksimal telah dilakukan.
اذا جاء نصر الله والفتح. ورأيت الناس يدخلون فى دين الله أفواجا.
Artinya: ” Apabila telah ada pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat menusia berbondong-bondong masuk agama Allah.” (An Nasr: 1-2)
Jakarta, 11 Agustus 2021