Jakarta, Beritakotanews.id : Dalam peringatan  Ulang Tahun ke-3, Pro Jurnalismedia Siber (PJS) yang berlangsung pada Selasa malam (13/5/2025) di Hotel Best Western Kemayoran, sebuah pesan keras namun reflektif menggema dari panggung utama. Farid Aljawi, Ketua Dewan Penasehat PJS, menyampaikan kritik tajam terhadap kondisi media saat ini yang menurutnya banyak kehilangan arah dan fungsi mendidik.

“Media kita hari ini lebih banyak jadi pelayan pesanan. Bukan penyampai edukasi,” tegas Farid, disambut anggukan diam para hadirin.

Dalam sambutannya, Farid menyentil berbagai persoalan mendasar yang membelit dunia jurnalistik Indonesia. Mulai dari tekanan birokrasi, pasal-pasal karet yang membungkam kebebasan pers, hingga media yang lebih sibuk mencari klik daripada memberikan nilai. Ia menyerukan agar PJS menjadi pembeda dalam lanskap media saat ini.

“Negara ini terlalu kaya untuk jadi miskin. Terlalu besar untuk dikecilkan oleh narasi-narasi yang dangkal,” ucapnya penuh semangat.

Esoknya: UKW sebagai Bukti Komitmen Profesionalisme

Perayaan tidak berhenti pada seremoni malam itu. Pada 14 dan 15 Mei, PJS akan menggelar Uji Kompetensi Wartawan (UKW), sebuah langkah nyata untuk meningkatkan kualitas jurnalis, bukan sekadar pelengkap administratif.

“Kalau bisa lulus, bagus. Kita berempat dari Pekalongan dengan semangat mengikuti UKW untuk turut menjaga marwah media,” ujar Karnadi Laheng, jurnalis Liputan4, yang mengikuti UKW di barisan peserta dari daerah.

UKW ini menjadi penanda bahwa menjadi wartawan bukan lagi pekerjaan sambilan, melainkan panggilan profesional yang membutuhkan pembuktian kompetensi dan integritas.

PJS Award 2025: Menghargai Dedikasi, Bukan Popularitas

Malam penghargaan turut menyematkan PJS Award 2025 kepada sejumlah jurnalis senior yang telah mengabdikan diri 5 hingga lebih dari 25 tahun di dunia jurnalistik. Arifin Rusdi, Ricky Permana, Erwin Sinulingga, dan Wenki menerima kartu jurnalis senior sebagai simbol penghormatan.

“Wah saya paling tua, ini. Karena tahun ini saya sudah 32 tahun saja berada di jalan pena ini,” kelakar salah satu penerima, disambut tawa hangat hadirin.

Penghargaan ini ditegaskan oleh Ketua Umum PJS, Mahmud Marhaba, bukan sekadar seremoni, melainkan peneguhan sikap: bahwa PJS berdiri untuk menjaga marwah jurnalistik di tengah terpaan arus konten pesanan dan media sensasional.

*Dari Bombana ke Babel: Jurnalisme yang Menyatukan*

Acara dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional dan daerah, mulai dari Bupati Bombana Burhanudin MSI dan istri, Komisioner BAZNAS, Sekda Riau, Sekda Bangka Belitung, hingga perwakilan BUMN seperti Brantas Abipraya dan Antam.

Mereka semua menjadi saksi bahwa organisasi PJS tidak sekadar hadir, tapi mulai menanam jejak sebagai organisasi pers yang konsisten memperjuangkan integritas.

*Penutup: Di Antara Kamera dan Komitmen*

Di balik kilatan kamera dan lantai tinggi Jakarta yang menjadi latar, malam itu menjadi penanda bahwa jurnalisme masih punya tempat di hati mereka yang percaya. Bahwa meski dunia bergerak cepat, masih ada orang-orang yang menjadikan jurnalisme bukan sekadar pekerjaan, tapi panggilan nurani.(MP/TJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *