Colombo, Beritakotanews.com: Sri Lanka saat ini tengah mengalami masalah keuangan, setelah lebih dari satu dekade menyerap pinjaman dalam jumlah besar dari luar negeri untuk membangun infrastruktur dalam sekala besar.
Kebanyakan infrastruktur yang di bangun belum juga menghasilkan imbal hasil yang memadai.Saat ini negara tersebut tengah berjuang untuk membayar utang yang di serapnya untuk pembangunan tersebut. Pemerintah Sri Lanka juga tengah mencari jalan keluar lain untuk membayar utang.
•Salah satu jalan keluar yang mungkin di tempuh adalah dengan menawarkan debt for equity swaps atau menukar utang menjadi aset kepada pihak China.
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe baru saja mengajukan proposal kepada Duta Besar China untuk Srilanka, Yi Xianliang terkait rencana tersebut.
Sementara itu, sebagaimana yang dilansir republika dari Arabnews, Menteri Perhubungan Sri Lanka Mahinda Samarasinghe mengatakan bahwa Pemerintah Sri Lanka pada Sabtu (29/7/2017) waktu setempat telah menandatangani kesepakatan pengambil alihan pelabuhan oleh BUMNnya Cin.
BUMN Cina mengambil alih pelabuhan di negara tersebut terkait hutang pemerintah Sri Langka terhadap Cina yang mencapai triliunan dolar AS.
Pembicaraan mengenai penjualan aset milik Pemerintah Sri Lanka tersebut sudah berlangsung lama, sejak negara tersebut diketahui tidak memiliki kemampuan finansial untuk membayar utangnya ke pihak Cina.
Penjualan 70 persen saham atau senilai 1,1 triliun dolar AS di Pelabuhan Hambantota ini dibenarkan oleh Pemerintah SriLangka.
Penjualan saham pelabuhan ke BUMN Cina, China Merchants Port Holdings, ini mendapat penolakan dari serikat pekerja industri. Serikat pekerja Industri setempat menentang keras dan bahkan mengancam akan melakukan mogok kerja mulai pekan depan.
“Kami telah menghadapi tekanan geopolitik, pihak (investor) Cina telah merima semuanya dalam perjanjian ini, dan akan beroperasi di bawah hukum Sri Lanka,” ujar Menteri Samarasinghe pada acara penandatanganan kesepakatan di Kolombo ,Ahad (30/7/2017). Seperti dilansir republika dari arabianews.
Sementara itu, lanjut Samarangshe, negosiasi dengan serikat buruh dan partai politik di Sri Lanka akan dilakukan dalam satu bulan ke depan.
Menteri Samarasinghe lebih lanjut mgatakan pekan ini keputusan Sri Lanka untuk menjual pelabuhan ke investor Cina ini telah menimbulkan kekhawatiran sejumlah negara, seperti India dan Amerika Serikat (AS). Baik India maupun AS khawatir bahwa penguasaan Cina atas pelabuhan di Sri Lanka ini akan memberikan keuntungan bagi angkatan laut Cina di Samudera Hindia.
Namun, kekhawatiran tersebut ditepis oleh Samarasinghe. Ia mengatakan, Pelabuhan Hambantota yang berada 240 kilometer di selatan Kolombo, tidak akan menjadi pangkalan militer untuk negara lain.
Selain itu, kata dia, sesuai perjanjian, China Merchants hanya akan beroperasi terminal laut utama di Kolombo untuk mengakomodir lalu lintas kontainer di dunia.
Wakil Presiden Eksekutif China Merchants Hu Jianhua mengatakan, Pelabuhan Hambantota akan menjadi pintu gerbang bagi perusahaan untuk memperluas jangkauan pasar di Asia Selatan dan Afrika.
“Sri Lanka akan diposisikan secara baik untuk memainkan peran strategis dalam inisiatif one belt one road yang digagas pemerintah Cina,” kata Hu.
setelah lebih dari satu dekade menyerap pinjaman dalam jumlah besar dari luar negeri untuk membangun infrastruktur dalam sekala besar, Sri Langka, terbelit hutang, sehingga harus merelakan pelabuhanya untuk membayarnya.
Uang pinjaman yang mencapai triliunan dolar AS tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur. Sementara yang di bangun belum juga menghasilkan imbal hasil yang memadai. •Saat ini negara tersebut tengah berjuang untuk membayar utang-utang luar negeri lainya.(A-3,republika,arabnews).