Prasetyo Sunaryo Ketua DPP LDII didampingi Roy Sukarjan anggota dept.KIM dan Thonang Efendi wakil ketua Dep.Pend.Pelatihan.(Foto : Ags J).
Prasetyo Sunaryo Ketua DPP LDII didampingi Roy Sukarjan anggota dept.KIM dan Thonang Efendi wakil ketua Dep.Pend.Pelatihan.(Foto : Ags J).

Jakarta, Beritakotanews.com: Pergantian tahun tinggal menunggu hari, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) meminta masyarakat  bisa memaknai momen tahun baru sebagai ajang untuk lebih maju dalam hidup. Setidaknya ada 5 tema strategis yang harus dihadapi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia kedepan yaitu, Pangan, Energi, Air, Era Digitalisasi Kehidupan atau sering disebut era 4.0, Implikasi Kondisi Geografis, Peningkatan Kualitas SDM dan Budaya Berkelanjutan.

Demikian dikatakan H. Prasetyo Sunaryo, Ketua DPP LDII saat silaturahim dengan awak media dalam rangka menyikapi datangnya tahun baru yang tinggal menghitung hari di kantor DPP LDII, JL. Arteri Tentara Pelajar Patal Senayan Jakarta Selatan, Jum’at, 28/12/2018.

“Masa lalu dapat digunakan sebagai pijakan untuk merencanakan ukiran masa depan, maka berdasarkan prinsip ini pada akhir 2018 ini, LDII mencoba menerawang masa depan Indonesia, apa yang diharapkan dan bagaimana cara mencapainya dari perspektif wawasan moral-kemasyarakatan-kebangsaan-kenegaraan,” Urai Pras. (sapaan akrab Prasetyo Sunaryo), Jum’at,28/12/2018.

Prasetyio Sunaryo yang didampingi Thonang Efendi Wakil ketua departemen Pendidikan&Pelatihan, dan Roy Sukarjan, anggota departemen KIM DPP LDII, selanjutnya menjelaskan tentang 5 tema strategis yang harus dihadapi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia kedepan.

“Di sektor pangan, kita harus mencermati bahwa pada tahun 2030 penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 300-320 juta (laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,45%/th). Dengan angka sebesar itu, maka kebutuhan pangan pokok dan supplement harus sudah dibuat skenarionya,” Jelas Pras.

Saat ditanya oleh awak media tentang kondisi perpolitikan Indonesia yang juga sudah makin dekat dengan pelaksanaan pemilu, prasetyo menyarankan Pemilu Presiden (Pilpres) jangan disakralkan seolah persoalan hidup dan mati,  sehingga sampai terjadi polarisasi (perpecahan) di tengah masyarakat karena berbeda dukungan.

Ia berharap masyarakat dalam memilih calon anggota DPR /DPRD, termasuk calon anggota DPD dan calon presiden/wakil presiden jangan menilai pribadinya,  tapi programnya.

“Kita anggap Pilpres sebagai sesuatu yang biasa, rutinitas setiap lima tahun, sehingga tidak menimbulkan polarisasi. Jadi silakan saja mau dukung si A,  atau si B,” Tutup Prasetyo. (fin).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *