Bersama Sestama BNPB Dr. Rustian, S. Si., Apt., M. Kes.(foto : ist).

Bandung, Beritakotanews.id : Bencana alam dapat terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kondisi ini tidak dapat dihindari, namun dapat dimitigasi melalui langkah-langkah yang tepat. Oleh karena itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Tahun 2024.

Rakornas PB yang mengusung tema Pengembangan Teknologi dan Inovasi dalam Penanggulangan Bencana tahun 2024 ini diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (24/04/), yang dibuka oleh Wakil Presiden (Wapres) RI K.H. Ma’ruf Amin.

Dalam sambutan pembukaannya, selain menyampaikan 5 strategi dalam mitigasi bencana, yakni yang pertama, mengembangkan industrialisasi penanggulangan kebencanaan dengan penerapan teknologi dan inovasi,

Kedua, melakukan pemetaan risiko bencana secara tepat dan valid,

Ketiga perkuat pelayanan kebencanaan, utamanya melalui penguatan kelembagaan BPBD, baik dalam hal kewenangan, kompetensi sumber daya manusia, logistik, serta peralatan,

Keempat penerapan kebijakan dan upaya pemulihan pascabencana dan yang kelima kelima, penyusunan rencana pembiayaan kegiatan penanggulangan bencana secara integratif dan tidak tumpang tindih, Wapres juga meminta skema pembiayaan penanggulangan bencana dijalankan untuk mengatasi kesenjangan anggaran penanggulangan bencana di daerah.

Selain dihadiri Wapres, Rakor PB 2024  juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Tri Handoko, Pj. Gubernur Jabar Bey Machmudin, para Gubernur, Bupati dan Walikota seluruh Indonesia, serta 447 BPBD dari 36 Provinsi.

Turut hadir pada acara tersebut, Nedy Wilbhara, Sekjen Senkom Mitra Polri.

“Ada sekitar 2000an undangan yang mengikuti acara tersebut, dan Senkom termasuk salah satunya yang diundang,” jelas Nedy.

Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam sambutannya melaporkan,  tantangan bencana ke depan semakin kompleks. Dampak perubahan iklim semakin terasa dan membuat dampak bencana semakin signifikan.

“Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, fase tanggap darurat akan lebih efektif jika didukung oleh ketersediaan logistik dan peralatan yang cukup, agar transisi darurat dan fase rehabilitasi dan  rekonstruksi bisa diakselerasi,” ujar Suharyanto. (Fin).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *