Jakarta, Beritakotanews.com : Membiarkan dan menganggap kejadian di India karena dinegeri orang sebagai sesuatu yang bukan urusan kita adalah pemikiran yang keliru. Justru menjadi kontra produktif dalam menjaga kondusifitas internal di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia harus melakukan sesuatu dalam merepresentasikan sebagai negara yang mayoritas muslim sebagai perwakilan kaum muslimin demi menjaga perasaan sesama saudaranya,” Jelas KH. Munahar Muchtar Ketua MUI Provinsi DKI Jakarta, Jum’at 28/2/2020.

Nabi kita mengajarkan bahwa mu’min itu seperti tubuh. Satu anggota tubuh sakit maka yang lain ikut merasakan sakitnya.Lanjutnya.

Kerusuhan yang terjadi di India sepanjang Minggu hingga puncaknya Selasa (23-25 Februari 2020) bermula dari unjuk rasa kaum muslim yang memprotes Amendemen Undang-Undang Kewarganegaraan yang kental nuansa anti-Islam.

Sebagaimana banyak sudah dimuat dimedia, Amandemen yang berisi bahwa imigran Sikh, Buddha, Hindu, hingga Kristen dari tiga negara tetangga: Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan, dibolehkan menjadi warga negara India dengan syarat yang dipermudah.

“Jika sebelumnya regulasi naturalisasi jadi warga negara India mensyaratkan wajib tinggal di India selama 11 tahun, dengan amandemen kini syarat itu cukup enam tahun saja,” bunyi Amandemem tetbarunya.

Politisi Bharatiya Janata Party yang menopang kekuasaan Perdana Menteri India Narendra Modi, membela amandemen itu. Pengecualian terhadap Muslim, kata mereka, lantaran di tiga negara itu sudah mayoritas muslim dan tak semestinya jadi imigran ilegal di India. Sontak pernyataan itu menuai penentangan banyak pihak yang menyimpulkan amandemen itu justru akan mendelegitimasi warga Muslim.

Menyuarakan ekspresi didepan umum terkait dukung mendukung hendaknya dikawal dengan objektivitas oleh pemangku kebijakan.

Ketika bentuk ekspresi berujung kebencian dan pembantaian massal yang menyasar kepada muslim, maka hal ini perlu disikapi dengan perspektif keyakinan iman.

“Maka dengan ini MUI Provinsi DKI Jakarta Mengutuk keras pembantaian umat Islam di India,” Tegas KH. Munahar Muchtar disela-sela sebagai peserta KUII ke7 Bangka Belitung.