Kurban Ikhlas, Jakarta Berkelas
Oleh: Thonang Effendi*
Sore itu, di pelataran Masjid Baitus Sholihin, Pasar Rebo Jakarta Timur, sekumpulan remaja bersiap dengan membawa kantong daging kurban. Mereka adalah panitia muda dari Majelis Taklim Baitus Sholihin binaan LDII yang hari itu turut dalam kegiatan Tebar Kurban 2025. Dalam balutan seragam panitia dan senyum mengembang, mereka menebar kebaikan dari rumah ke rumah, dari gang ke gang, menyampaikan amanah kepada yang berhak menerima. Hal ini dilakukan serempak oleh ratusan majelis taklim yang tersebar di 192 PAC LDII di seluruh Provinsi DKI Jakarta.
Kegiatan ini adalah bagian dari program Tebar Kurban yang diselenggarakan oleh DPW LDII Provinsi DKI Jakarta dengan tema “Ikhlas Berkurban, Ikhlas Berbagi untuk Mewujudkan Jakarta Kota Global dan Berbudaya.” Tema ini bukan sekadar hiasan spanduk, melainkan napas yang menghidupi semangat seluruh panitia dan peserta. Mereka bukan hanya membagikan daging, tetapi juga menebarkan semangat kepedulian dan kebersamaan.
Dalam setiap kantong daging, terselip nilai-nilai luhur: keikhlasan, empati, dan tanggung jawab sosial. Para remaja belajar untuk menyisihkan sebagian rezekinya, menahan keinginan konsumtif, dan hidup sederhana untuk bisa ikut berkurban. Semangat inilah yang membentuk karakter generasi muda yang profesional religius: berakhlakul karimah, alim-fakih, dan mandiri.
Kegiatan ini juga menjadi ruang praktik nyata untuk mengasah 29 karakter luhur yang dikembangkan oleh LDII, khususnya dalam prinsip jujur, amanah, mujhid-muzhid (kerja keras dan hemat), serta rukun, kompak dan kerjasama yang baik. Anak-anak muda belajar menyembelih dengan syariat, mengemas, hingga mendistribusikan daging kurban dengan tertib dan sopan.
Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Karno, ““Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Hal ini menunjukkan betapa besar peran pemuda sebagai agen perubahan. Hari ini, peran pemuda ditunjukan melalui kegiatan sosial yang membangun masyarakat.
Jakarta sebagai kota global bukan hanya tentang gedung tinggi atau teknologi canggih, tapi tentang manusianya—yang peduli, berbudi, dan mau berbagi. Jakarta berbudaya bukan sekadar slogan, tapi menjadi nyata saat masyarakatnya menjunjung nilai gotong royong, kebersamaan, dan empati sosial. Semua itu terwujud dalam momen kurban yang dikelola dengan niat tulus dan semangat kolaboratif.
Program ini juga sejalan dengan semangat JakASA (Jakarta Aman, Sejahtera, dan Adil) yang menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Kolaborasi antara ormas keagamaan, tokoh masyarakat, dan aparat pemerintah menunjukkan bahwa visi Jakarta yang humanis dan berdaya saing global dapat diwujudkan bersama.
Akhirnya, dari sekantong daging yang dibagikan, tumbuhlah cinta, syukur, dan persaudaraan. Tidak ada sekat antara aghnia dan dhuafa. Semua menyatu dalam semangat berbagi dan memberi. Inilah kurban yang tidak sekadar ritual, tapi juga sosial. Kurban yang membumi dan membangun. Kurban ikhlas, Jakarta berkelas.
Penulis
*Thonang Effendi
Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII
Wakil Ketua DPW LDII Provinsi DKI Jakarta
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Karakter Generasi Bangsa.