Dari Sekantong Daging Kurban ke Kota Global

Oleh: Thonang Effendi*

Jum’at sore yang cerah, 10 Zulhijah 1446 H, di sudut ibu kota. Setelah seharian bergelut dengan peluh—menyembelih sapi dan kambing, menguliti, memotong, menimbang, dan mengemas dalam plastik ramah lingkungan—sekumpulan remaja masjid bersiap membagikan daging kurban ke warga RT sekitar majelis taklim.

Dengan mata berbinar, senyum sumringah, dan salam-sapa yang ramah, mereka menyapa setiap penghuni rumah dan memberikan sekantong daging dengan santun. Sang tuan rumah menerima dengan gembira dan bersyukur.

Sekumpulan remaja masjid adalah anggota panitia Idul Adha. Sebelum bertugas mereka sudah beberapa kali ikut musyawarah untuk suksesnya pelaksanaan pemotongan hewan kurban. Mereka sudah mendapatkan pembekalan dari Dinas KPKP Provinsi melalui pelatihan dan di antara mereka sudah memiliki sertifikat sebagai “Juleha”- Juru Sembelih Halal. Ibarat kata – dari A sampai Z sudah dipersiapkan dengan matang. Lebih dari itu, mereka bukan hanya bertugas sebagai panitia namun mereka juga punya andil dalam kurban. Remaja yang mampu kurban 1 kambing, yang sudah berpenghasilan patungan 7 orang untuk 1 sapi dan selebihnya iuran bersama semampunya untuk membeli seekor kambing. 

Peristiwa kecil ini menyimpan makna besar. Di tengah hiruk-pikuk kota yang semakin instan, konsumtif, dan individualis, mereka—remaja masjid—justru belajar tentang kesabaran, ketekunan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial. Mereka menunda kesenangan pribadi, menyisihkan rezeki, dan memilih berbagi. Mereka tahu, kebahagiaan sejati tak lahir dari memiliki, melainkan dari memberi.

Dari peristiwa sederhana itu, kita bisa melihat masih banyak remaja Jakarta yang memiliki karakter religius, tumbuh dengan jiwa sosial, empati, dan solidaritas. Remaja yang seperti ini tidak hanya memahami tentang Idul Adha, tapi benar-benar mampu berperan aktif memanfaatkan momen setahun sekali ini untuk kemaslahatan umat.

Dalam perspektif pemuda sebagai agen perubahan, pengalaman ini menggambarkan optimisme Jakarta mampu mencapai visinya sebagai Top 20 Global City. Jakarta sebagai kota global dan berbudaya yang tak hanya diakui karena kemodernannya dan kearifan budayanya, tetapi juga karena kekuatan moral dan karakter dari setiap generasi mudanya.

Karakter empati, peduli sesama, saling menghargai berpadu dengan budaya santun dan toleransi yang dimiliki oleh pemuda merupakan salah satu modal utama bagi Jakarta untuk menata kota dan sumber daya manusianya. Bung Karno, pernah berkata, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”  Hal ini menegaskan peran penting pemuda dalam membawa kemajuan Jakarta. Lewat tangan dan kepedulian pemuda inilah, harapan dan mimpi besar warga Jakarta seperti yang tertulis pada kain 500 m – Bentang Harapan Jakarta (JakASA- Jakarta Aman, Sejahtera, dan Adil), di Pendopo Balai Kota Jakarta bisa diamanahkan.

Pengalaman ini mengingatkan saya pada pentingnya pembinaan karakter sejak dini. Di LDII, upaya ini dilakukan secara sistematis melalui program generasi penerus profesional religius. Generasi penerus yang memiliki Tri Sukses pilar dari 29 Karakter Luhur yaitu akhlakul karimah, alim-fakih, dan mandiri. Generasi penerus ini merupakan individu yang tidak hanya kompeten dalam bidang profesional, tetapi juga berintegritas dengan landasan nilai-nilai keagamaan. Generasi yang memiliki keseimbangan antara keahlian teknis dan integritas moral, tidak hanya berfokus pada kesuksesan pribadi tetapi juga kontribusi sosial. Generasi ini diharapkan dapat menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat dan membawa perubahan yang nyata sebagai agen positif di setiap sektor untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global dan berbudaya.

Jika ingin membentuk Jakarta yang maju, humanis, dan berbudaya, maka semangat berbagi harus hidup dalam diri setiap warganya—tak perlu menunggu momen besar, cukup dari sekantong daging kurban yang diberikan dengan tulus.

Penulis : *Thonang Effendi : Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII. Wakil Ketua DPW LDII Provinsi DKI Jakarta. Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Karakter Generasi Bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *