Dr. M.Fahmi Akbar Aktivis Muhammadiyah

Menggali Kemuliaan Diri

Oleh :
Dr. Muhammad Fahmi Akbar

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ…
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi … (Bukhori)

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah dapat dimaknai dengan terbuka, suci, dan potensi diri. Kesemuanya berujung pada kondisi awal manusia.

Kondisi ini bila mendapat pendidikan dan lingkungan yang baik, maka akan tumbuh kemuliaan seseorang. Untuk menjadikan diri memiliki kepribadian yang mulia, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Pertama, memulai segala aktivitas untuk mendapatkan keridhoan Allah.

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Al Insan: 9)

Melakukan sesuatu dengan mengharap ridho Allah akan berdampak pada keluruhan akhlak dan balasan yang berlipat di sisi Allah.

Kedua, memperbanyak rasa syukur dengan semua potensi, kelebihan, dan nikmat yang ada. Melalui rasa syukur tersebut Allah akan tambahan semua nikmatnya.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Ingatlah tatkala Rabb kalian menetapkan: jika kalian bersyukur niscaya akan Ku tambah (nikmatku) pada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim: 7)

Kemuliaan akan hadir saat seorang hamba mampu untuk bersyukur sebaliknya kehinaan akan muncul jika kufur dengan nikmatNya.

Ketiga, bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al Isra: 36)

Tanggung jawab merupakan sikap yang akan mengantarkan pada kemuliaan. Bahkan Allah, Rasul, dan orang beriman akan menjadi saksi atas sikap tersebut.

Menjadi mulia bukanlah takdir azali, namun akan diukur dari sejauh mana potensi kemuliaan dalam diri dapat dioptimalkan untuk memperbaiki diri dan memajukan umat.

Wallahu a’lam


Jakarta, 27 ebruari 2022