Kota Bekasi-Beritakotanews.com : Genderang perang yang ditabuh Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dalam memerangi korupsi di Kota Bekasi dengan gencar melakukan penandatanganan fakta integritas kepada pegawai lembaga dibawahnya dikritik praktisi hukum Bambang Sunaryo. Menurut Bambang, hal itu kurang efektif. Pasalnya, korupsi yang terjadi di Pemkot Bekasi mulanya dari atas (kepala daerah) lalu terus turun ke bawah, Harusnya atas dulu yang harus dibersihkan.

“Kan sudah 2 kali kepala daerah di Kota Bekasi tertangkap kasus korupsi, yakni saat Mochtar Mohammad dan saat ini Rahmat Effendi. Ini membuktikan bahwa korupsi yang terjadi itu tekanannya dari atas bukan dari bawah,” tuturnya.

Dirinya memprediksi, kampanye Pilkada 2024 akan dipenuhi oleh isu isu seputar anti korupsi untuk mewujudkan pemerintah daerah yang bersih. Dan untuk Tri sendiri sulit mengaku dirinya bersih berdasarkan rekam jejaknya.

“Iya pasti di Pilkada kota Bekasi 2024 akan rame isu anti korupsi, anti kolusi dan sebagainya. Tri Adhianto akan kesulitan menahan serangan opini publik soal bebas korupsi,” ungkapnya.

Sejumlah kasus yang berbau aroma “korupsi” masih diingat publik saat Tri Adhianto menjabat Kadis Binamarta Pemkot Bekasi antara lain, kasus polder air Aren Jaya Bekasi Timur, Tandon air di Komplek Fajar Indah Bekasi Barat senilai Rp.1,242,632,000 yang tidak jelas pembangunannya dan lannya.

“Indikator tersebut lah yang membuat Tri Adhianto berat untuk mengembalikan kepercayaan publik di Kota Bekasi pada dirinya dalam memberantas kasus kasus korupsi di Pemkot Bekasi,”ujar Bambang.

Pasalnya, Tri Adhianto merupakan ‘murid’ dari Rahmat Effendi yang karir nya politiknya melesat sangat cepat dimulai dari menjabat Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi, lalu menjabat Kepala Dinas Binamarga dan Tata Air (Binmarta) pada tahun 2017-2018. Hingga akhirnya diajak Rahmat Effendi mendampinginya menjadi Wakil Wali Kota Bekasi.

“Buktinya survey yang pernah dilakukan sebuah lembaga hanya menyebut angka popularitas Tri Adhianto di bawah 30 persen. Angka ini kurang ideal bagi Tri sebagai incumbent. Seharusnya sudah di atas 40 persen,” ungkapnya.

(AZ)