Jakarta, Beritakotanews.id : Sidang Isbat menetapkan satu Ramadhan 1446 H di Kantor Kementerian Agama RI telah usai, Menteri Agama RI Prof. Nazarudin Umar pun telah mengumumkan bahwa awal ramadhan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1/3/2025.
Meski terjadi perdebatan kecil pada sidang tersebut, akhirnya umat Islam Indonesia melaksanakan puasa Ramadhan di hari Sabtu,1 Maret 2025, setelah dua orang saksi dari wilayah Aceh bersaksi dibawah sumpah oleh hakim atas pengakuannya telah melihat Hilal.
Hal itu sebagaimana prediksi BRIN sebelumnya yang disampaikan oleh Profesor Thomas Djamaludin.
Menurutnya, perbedaan tersebut disebabkan adanya kriteria baru Menteri Agama dari Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang terpenuhi di wilayah perbatasan, yakni sekitar wilayah Aceh.
Kepada awak media, Profesor Thomas Djamaludin yang merupakan Profesor Riset Astronomi-Astrofisika BRIN menyampaikan jika keputusan sidang isbat ada potensi perbedaan.
Sebagai lembaga dakwah, LDII sudah sejak lama membentuk tim rukyatul hilal, selain untuk kebutuhan internal lembaganya, juga dalam rangka ikut serta berkontribusi membantu pemerintah melihat Hilal. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Wilnan Fatahillah Koordinator Tim Rukyatul Hilal DPP LDII. Wilnan Fatahillah mengatakan bahwa untuk menunjang tim rukyatul hilal, LDII menyiapkan peralatan yang sesuai dengan standar pemantauan dan dengan jumlah yang hampir sejumlah provinsi yang ada di Indonesia bahkan di Kabupaten/kota.
“Peralatan teropong yang disiapkan oleh LDII untuk kegiatan tim rukyatul hilal insa Alloh lengkap, hampir masing-masing provinsi dan kabupaten/kota memiliki. Ini bentuk kontribusi LDII. Ini semua upaya LDII untuk menjaga kehati-hatian dalam penentuan awal bulan Hijriah,” jelas Dr.Wilnan.
Dalam penentuan awal Ramadhan, LDII sendiri menggunakan dua metode lanjut Wilnan, ini sesuai dengan keputusan Komisi Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah harus menggunakan rukyat dan hisab. Keduanya memiliki landasan dalil, ujar Wilnan.
Selanjutnya, Wilnan mengajak umat Islam untuk tetap menjaga persatuan dalam menyambut bulan suci Ramadan, meskipun terdapat perbedaan dalam metode penentuan awal bulan.
“Kita harus tetap toleran terhadap perbedaan metode dan menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan,” pungkasnya.
Untuk Ramadhan tahun 1446H/2025M, dalam proses pengamatan hilal, LDII turut berpartisipasi dengan mengerahkan tim pemantau di 82 titik yang tersebar di berbagai daerah. Upaya ini dilakukan demi memastikan hasil rukyatul hilal yang lebih akurat dalam mendukung penentuan awal bulan Ramadan.
“Kami berkomitmen menyelaraskan metode ilmiah dengan aspek keagamaan, serta memperkuat kebersamaan dalam menentukan awal Ramadan,” tutup Wilnan.(fin).